Hadapi Era Industri 4.0, Terapkan Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Sedari Dini
Ekonomi
Senin, 03 Januari 2022Ina Parliament Jakarta Perkembangan teknologi semakin pesat dan persaingan era industri 4.0 di depan mata. Tak dipungkiri, banyak aspek-aspek yang telah terdisrupsi oleh adanya kemajuan teknologi, baik ke arah perkembangan yang positif, seperti lebih mudahnya akses karena bantuan teknologi, atau justru ke arah yang negatif karena tak sanggup bertahan sehingga tersapu zaman.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Sofyan A. Djalil, mengemukakan bahwa tantangan era industri 4.0 akan semakin beragam akibat perkembangan teknologi yang kian masif. Ia menyebut bahwa berdasarkan beberapa prediksi, dalam 20 tahun ke depan akan banyak profesi yang saat ini ada, tetapi menjadi tidak relevan di masa depan. “Pekerjaan tertentu bisa saja dapat digantikan oleh kecerdasan artifisial atau AI dan robot, serta segala hal yang berbasis digital,” ujar Sofyan A. Djalil dalam Kuliah Umum yang bertempat di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada Selasa (28/12/2021).
Sofyan A. Djalil menegaskan bahwa penting bagi seluruh pihak untuk mempersiapkan generasi saat ini dalam menghadapi tantangan di masa depan. Ia berkata bahwa perlunya penerapan pendidikan holistik berbasis karakter bagi anak. Pendidikan holistik berbasis karakter melihat keseimbangan antara kecerdasan otak, kecerdasan hati, dan kecerdasan tangan.
Sofyan A. Djalil menuturkan bahwa seringkali pendidikan Indonesia hanya menekankan kepada kecerdasan otak dan tangan, tetapi lupa untuk mengembangkan kecerdasan hati. “Banyak orang yang 'merasa bisa', tetapi ternyata hanya sedikit yang 'bisa merasa'. Bagaimana dapat memosisikan diri untuk punya empati kepada orang lain. Ini yang disebut dengan kecerdasan emosi,” terangnya.
Ia juga menyebut bahwa seringkali pendidikan Indonesia terlalu mengedepankan kecerdasan IQ semata, padahal penting menerapkan kecerdasan secara holistik. Fungsi-fungsi otak yang optimal itu mulai dari bagaimana berpikir kreatif, pemecahan masalah, motivasi yang tinggi, dapat melakukan koordinasi dan kerja tim yang baik, serta kemampuan interpersonal dan sosial yang baik. “Ini dimulai dari pendidikan dasar seperti Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Guru harus menggugah para siswanya untuk berpikir kreatif dan out of the box, serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,” ujar Sofyan A. Djalil.
Dalam kuliah umum kali ini, Sofyan A. Djalil juga sedikit membahas soal pertanahan di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa tanah di Indonesia yang masuk dalam kewenangan Kementerian ATR/BPN, total persentasenya kurang lebih seluas 37%, sedangkan 67% sisanya masuk dalam kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Hal ini yang seringkali batas hutan dan batas kawasan nonhutan biasa jadi masalah,” jelas Sofyan A. Djalil.
Oleh karena itu, Sofyan A. Djalil menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya melakukan strategi untuk mengatasi administrasi pertanahan, mulai dari pendaftaran tanah, penyelesaian sengketa dan konflik, hingga memerangi mafia tanah. “Kita perbaiki terus administrasi pertanahan dan pelayanan-pelayanan yang sudah semakin baik. Kita harapkan lima tahun ke depan, administrasi pertanahan sudah beres,” ujarnya. (Humas)
Komentar