Menteri ESDM: Progres Program 35.000 MW Sesuai Target

Ekonomi
Rabu, 07 Maret 2018Ina Parliament. Jakarta,
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menegaskan pelaksanaan proyek ketenagalistrikan 35.000 MW masih sesuai target yang telah ditetapkan. Sekitar 20.000 MW akan beroperasi pada 2019, selebihnya pada 2024-2025.
Jonan memgemukakan hal itu dalam keterangan pers di Kementerian ESDM, Selasa (6/3). Pada kesempatan itu Jonan didampingi Dirjen Ketenagalistrikan Andy N Sommeng dan Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir.
Jonan menyadari ekspektasi publik yang tinggi terhadap program tersebut. Namun ia mengingatkan bahwa membangun pembangkit skala besar tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Proyek strategis nasional tersebut membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk beroperasi dari masa konstruksi. Sejak dicanangkan pada pertengahan 2015, total yang sudah Commercial Date Operation (COD) atau sudah beroperasi mencapai 1.362 MW. Di luar itu, sejumlah 17.116 MW sudah dalam tahap konstruksi dan sebagian besar lainnya telah kontrak serta sebagian kecil atau 13% dalam tahap pengadaan/perencanaan.
"Yang dalam tahap
konstruksi tetap berjalan. Tidak ada masalah," tekan Jonan. Jonan
optimis pada tahun 2019 total pembangkit listrik sebanyak 20.000 MW
sudah beroperasi. "Tambahan kapasitas sebesar
itu sudah cukup untuk menjawab peningkatan kebutuhan listrik di tahun
2019," ucap Jonan. Alasan
Jonan, program 35.000 MW harus selesai 2019 dibuat dengan asumsi pertumbuhan
ekonomi nasional di atas 7 persen. Padahal realisasi pertumbuhan ekonomi
beberapa tahun terakhir dan beberapa tahun ke depan diperkirakan
sekitar 5 persen, sehingga peningkatan tambahan kebutuhan listrik hingga tahun
2019 berkisar 20.000 MW. Selebihnya
akan beroperasi pada tahun 2024-2025, seiring pertumbuhan kebutuhan listrik
hingga tahun tersebut.
Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir mengungkapkan, secara
total kemajuan pembangunan proyek 35.000 MW sudah mencapai 30 hingga 40 persen.
"Kalau ditanya 35.000 MW sudah selesai dalam dua tahun pasti saya
berbohong. Tapi, kalau berbicara progress pembangunnnya, sudah sesuai rencana
yaitu 30 sampao 40 persen," kata Sofyan.
Sofyan merinci estimasi masa
pembangunan pembangkit. Untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) memakan
waktu sekitar 5-6 tahun, panas bumi (PLTP) bisa 5-6 tahun, pembangkit listrik
di atas 600 MW mencapai 6 tahun, dan di bawah 600 MW dan 300 MW membutuhkan
waktu 3 tahun. "Yang lebih cepat itu (pembangkit) gas bisa 8 bulan sampai
1 tahun," papar Sofyan.
Salah satu bukti kemajuan adalah pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7, PLTU Jawa 9, PLTU Jawa 10 dengan total
kapasitas 4.000 MW yang baru diresmikan Persiden Jokowi pada 5 Oktober 2017.
Selain itu, masih ada PLTU Jawa I di CIlacap yang penyelesainnya sudah mencapai
37 persen.
Di samping program 35.000 MW, pemerimtah juga tengah menyelesaikan proyek 7.000 MW sebagai kelanjutan Fast Track Program (FTP) I, FTP II dan Regular. Hingga Januari 2018 rotal sebanyak 6.424 MW atau sekitar 82 persen sudah bisa beroperasi, dan hanya 1.407 MW atau 18 persen yang masih tahap konstruksi.(Fit)
Komentar