Home / Artikel Komisi VII Minta Petrokimia Gresik Antisipasi Defisit Pasokan Gas

Komisi VII Minta Petrokimia Gresik Antisipasi Defisit Pasokan Gas

Komisi VII Minta Petrokimia Gresik Antisipasi Defisit Pasokan Gas

Ekonomi

Selasa, 26 November 2019

Ina Parliament Jakarta : Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto meminta Direksi PT. Petrokimia Gresik memastikan pasokan gas untuk kebutuhan produksi pupuk aman pada tahun 2022. Ia mengatakan, ketersediaan gas menjadi faktor penting agar tetap bisa memproduksi pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani demi menjaga ketahanan pangan nasional.

 

Hal tersebut diungkapkan Sugeng saat memimpin Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke PT. Petrokimia Gresik, Jawa Timur, Jumat (23/11/2019). Dalam kunjungan ini, Sugeng meminta penjelasan Direktur Utama PT. PG Rahmad Pribadi beserta jajaran untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai ketersediaan pasokan gas di PT. PG secara khusus.

 

“Kita ingin mencari tahu beberapa problem PT. Petrokimia Gresik, ternyata permasalahan supply akan menjadi permasalahan serius. Di tahun 2022 ke atas, tampaknya ada ketidakpastian pasokan gas yang akan dialami,” kata politisi F-NasDem ini.

 

Sugeng mengatakan, tren penurunan pasokan gas ini jika berlanjut akan menjadi permasalahan serius karena akan berdampak pada produksi pupuk nasional. Mengingat, PT. PG adalah salah satu perusahaan strategis yang mampu memproduksi pupuk 8,9 juta ton pupuk per tahun, di mana 5 juta ton diantaranya merupakan pupuk bersubsidi untuk petani.

 

Berdasarkan data Neraca Gas Indonesia (NGI) 2018-2027, untuk wilayah Jawa bagian Timur, pasokan gas bumi pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 628.66 MMSCFD dengan rincian existing supply sebesar 597.42 MMSCFD, project supply sebesar 11.42 MMSCFD, dan potential supply sebesar 19.82 MMSCFD. 

 

Untuk existing supply Jawa Timur didominasi pasokan gas dari Kangean Energy Indonesia, Ltd yang memasok 201.77 MMSCFD di tahun 2018 kemudian turun sampai 10.31 MMSCFD di tahun 2027, PHE WMO sebesar 140 MMSCFD dari tahun 2018-2020 kemudian turun sampai dengan 35 MMSCFD di tahun 2027, sementara Husky CNOOC sebesar 100 MMSCFD di tahun 2018 sampai dengan 2027.

 

Melihat adanya tren penurunan dan berdasarkan kebutuhan gas di Jawa Timur, diproyeksikan akan terjadi defisit supply dari tahun 2018-2027 untuk kondisi existing supply, sehingga menurut Sugeng diperlukan terobosan untuk mengantisipasi hal tersebut.

 

“Jadi, segala sesuatunya harus berkelanjutan. Kita (Komisi VII) bersama jajaran instansi sepakat akan bersama-sama mencari jalan keluar sehingga tidak terjadi kelangkaan pasok. Misalnya ada kebijakan-kebijakan khusus berupa DMO (Domestic Market Obligation) untuk operator-operator besar, sehingga kebutuhan dalam negeri bisa terpenuhi,” jelas Sugeng.

 

Diketahui, pasokan gas bumi region IV (Jawa bagian Timur) mayoritas berasal dari lapangan gas bumi di wilayah perairan Madura. Berkurangnya pasokan gas bumi dari beberapa blok migas PHE West Madura Offshore, Kangean Energy Indonesia, Husky CNOOC Madura, Saka Energi Pangkah dan beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lainnya yang merupakan existing supply di region IV, tentunya akan berdampak pada kegiatan operasi PT Petrokimia Gresik sebagai salah satu konsumen gas terbesar di Jawa Timur. (Humas)

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Kontak

Head Office : Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta 10270.
Workshop : Jl. Kayumanis X no.8 Matraman Jakarta
( 021) 22986556 Fax. ( 021 ) 85905225 Hotline : 085256800088
085256800088
admin@inaparliamentmagazine.com / harling@inaparliamentmagazine.com